Seorang pemuda setiap hari mengeluh akan hidupnya yang miskin,
jadi kuli bangunan, kerja keras bayaran kecil.

Suatu sore, di gubuknya yang cuma 2x3 meter,
Ia yang lagi gerah, sebentar duduk sebentar berdiri, menghujat,
mengeluh dan memprotes nasibnya yang pahit, hidupnya yang miskin,
gubuknya yang kecil dan...tiba-tiba seekor lalat terbang masuk ke dalam gubuknya.

Melihat lalat itu, dia yang sedang gusar campur kesal:
"Lalat sialan, tahunya cuma mengganggu, awas kamu."
Secepat kilat ia menepuk ke arah lalat yang segera terbang menyelamatkan diri.

Walaupun ia terus menguber dan menyerang
dengan sekuat tenaga sampai mandi keringat,
ia tak berhasil menyentuh lalat itu.
Di sela napasnya yang ngos ngosan,
muncullah sebuah kesadaran yang belum pernah ada:
"Wah ternyata gubukku luas juga!" ia mulai menyadari
kalau gubuknya tidak sesempit yang ia pikirkan dan hidupnya tidak sepahit yang ia keluhkan.

Walaupun ia miskin, ia masih punya gubuk dan pekerjaan yang terhormat
yang membuat ia tidak perlu minta belas kasih orang.

Selama ini hatinyalah yang terus memvonis dirinya miskin,papa, malang,
memalukan, terhina dan sebagainya, padahal banyak orang yang jauh lebih menderita,
yang tidak memiliki apa pun, menginap dibawah kolong jembatan,
mengemis meminta belas kasih orang.

Hatilah yang membuat dunia jadi sempit.
Begitu hati melapang, gubuk pun menjadi luas dan menyenangkan!
Sementara semua masalah menjadi kecil, sekecil lalat.

Biarlah lalat terbang leluasa dalam gubuk, gubuk tenang tidak terganggu...

Biarlah hidup selalu ada masalah, hati yang lapang tidak terganggu...



0 Responses

Posting Komentar